Tampilkan postingan dengan label Ironi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ironi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 Agustus 2011

Nasionalisme Pemuda Kontemporer

Nasionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Di Zaman Penjajahan tepatnya tanggal 28 oktober 1928 para pemuda Indonesia berkumpul dalam kongres pemuda. Dalam Kongres Pemuda ini, menghasilkan Rumusan Sumpah Pemuda. Kesadaran akan ketertindasan menjadi suatu komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat pribumi. Pada zaman penjajahan dikenal 3 strata kelas atau kasta. Kelas paling atas adalah warga kulit putih (Eropa, Amerika, Jepang dll), kelas dua warga Timur Asing (Arab, India, Cina dll) dan kelas tiga adalah pribumi Indonesia. Sumpah Pemuda itu kemudian menjadi awal cerita perjuangan Indonesia Menuju Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Nasionalisme merupakan kunci kesatuan bangsa. Rasa cinta dan rasa tanggung jawab sebagai warga negara adalah kekuatan terbesar suatu bangsa. 

Namun berbeda jaman berbeda pula kondisinya, nasionalisme saat ini bisa dikatakan sedang mengalami paceklik. Rasa ketidak percayaan kepada pemerintah, kurangnya perhatian pemerintah terhadap rakyat, masuknya pengaruh atau paham lain yang dapat menghancurkan kesatuan dan alasan lainnya.

Nasionalisme Pemuda Indonesia pada konteks kekinian diperparah oleh rasa frustasi atas kondisi bangsa. Bagaimana tidak, rasa frustasi itu terus menghantui pemuda Indonesia lewat media yang terlalu "menggembor-gemborkan" permasalahan ekonomi, politik dan pendidikan. Hasil eksploitasi berita yang setiap hari di konsumsi oleh masyarakat yang ujungnya terlalu menyudutkan pemerintah, sehingga rasa frustasi akan kestabilan bangsa muncul.

Selain itu pencitraan yang bertubi-tubi dilakukan oleh pemerintah lebih menonjolkan prestasi kepribadian dibandingkan lembaga pemerintah itu sendiri. misalkan "Harga BBM diturunkan tiga kali", dalam iklan tersebut seakan-akan keberhasilan milik pribadi atau partai tertentu. 


Ketidaksadaran atau ketidaktahuan bahakan kebodohan juga menggrogoti pemuda Indonesia. Telalu terhipnotis dengan dunia entertaimen sehingga lupa terhadap tanggung jawab sosialnya terhadap bangsa. Dimabuk cinta atau ketagihan dengan dunia seks bebas, napza, kriminal dan terjebak dalam paham-paham ekstrem yang sebenarnya ia juga tidak paham atau cenderung ajang "keren-kerenan".


Sebagai Pemuda yang akan mengisi masa depan negara seharusnya menyiapkan bekalnya agar kegagalan-kegagaln tidak terualang. Pemuda yang Intelek, Progresif, Militan, dan bermental baja adalah modal berharga bagi bangsa. 

Berikan aku 7 pemuda maka akan kuubah dunia - soekarno 
makassar, 7 agustus 2011

Lagu CInta Melulu

Begitulah kutipan lirik lagu dari band Efek Rumah Kaca. tentunya kutipan lirik tersebut bukalah tak bermakna sama sekali. Dewasa ini perkembangan musik tanah air sedang meroket menurut bahasa pasaran. Band-band baru bermunculan dari band remaja sampai anak-anak. Apalagi ketenaran sebuah band dapat dibantu oleh fasilitas internet seperti Youtube, jejaring sosial Facebook dan Twitter, dan Blog.

Akan tetapi perkembangan itu melahirkan suatu yang perlu menjadi perhatian. Lagu-lagu yang mendominasi dipasaran biasanya lagu yang bertemakan cinta, parahnya lagi konsumen lagu tersebut bukan hanya kaula remaja, tapi juga anak-anak.

Seperti Lirik lagu Efek Rumah Kaca, atas nama pasar....... langsung saja ke lirik lagunya:
Lagu Cinta Melulu

Nada-nada yang minor
Lagu perselingkuhan
Atas nama pasar semuanya begitu klise
Elegi patah hati
Ode pengusir rindu
Atas nama pasar semuanya begitu banal

Reff:
Oh oh…
Lagu cinta melulu
Kita memang benar-benar melayu
Suka mendayu-dayu
Apa memang karena kuping melayu
Suka yang sendu-sendu
Lagu cinta melulu